Upaya Menangani Masalah Sanitasi Lingkungan
Masalah sanitasi lingkungan merupakan hal yang harus menjadi kajian tersendiri dari setiap elemen masyakat. Sanitiasi lingkungan mencakup segala aspek kehidupan masyarakat sehingga hal tersebut harus menjadi perhatian utama.

A. Masalah Sanitasi Lingkungan

Ada interaksi yang erat antara masalah sanitasi dan pasokan air, di mana sanitasi lingkungan terkait secara eksklusif menggunakan:

1. Kesehatan

Semua penyakit terkait air sebenarnya terkait dengan penggunaan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tepat. Memperbaiki satu tanpa memperhatikan yang lain sangat tidak efektif.

2. Penggunaan air

Toilet flush desain lama membutuhkan 19 liter air dan mampu mengonsumsi hingga 40% air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Terdapat 190 liter pemakaian air per orang setiap hari, dengan demikian mengganti toilet ini dengan unit baru yang hanya menggunakan 0,7 liter per siram dapat menghemat 25% penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kedamaian dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang menggunakan 19 liter air di tempat tinggal tanpa toilet dapat meningkatkan penggunaan air hingga 70%. Jelas, ini tidak diperlukan di daerah di mana pasokan air tidak memadai, dan juga mampu meningkatkan jumlah limbah yang harus dibuang dengan benar. Air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum jika sudah dimasak. Air bersih poli berkaitan dengan pengelolaan limbah.

3. Biaya dan pemulihan biaya

Perawatan dan pembuangan limbah semakin cepat karena konsumsi semakin tinggi. Merencanakan hanya satu sisi pasokan air tanpa memperhitungkan pelabuhan sanitasi akan menyebabkan kota berurusan dengan biaya lingkungan dan biaya tinggi yang tidak diantisipasi.

a. Biaya penagihan

Pada 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa menggunakan praktik konvensional, untuk membuang air, diperkirakan menelan biaya lima hingga enam kali lipat dari biaya pasokan. Ini untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kursi per hari. Informasi yang lebih baru berdasarkan Indonesia, Jepang, Malaysia, dan A. S. Menunjukkan bahwa rasio ini jauh lebih tinggi dengan meningkatnya konsumsi; berdasarkan 1,3-1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 hingga 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 hingga 1 untuk konsumsi 760 liter.

b. Penggunaan kembali air

Jika sumber tenaga air tidak mencukupi, air limbah adalah sumber pasokan yang menarik, dan akan digunakan baik secara resmi disetujui atau tidak. Karena peningkatan pasokan air ini cenderung meningkatkan penggunaan air limbah, diolah atau tidak ada dengan memperhatikan asal-usul kekuatan ini sehingga penggunaan kembali ini tidak mengganggu kesehatan masyarakat.

Negara harus bekerja lebih banyak untuk menanggung kehidupan sesuai dengan penghuninya sehingga setidaknya dapat merasakan kehidupan yang layak. Permukiman Kesehatan Sebenarnya merupakan populasi potensial. Sebagai pembangunan negara, ia menjadi pelaksana, dan objeknya didasarkan pada pembangunan. Tetapi jika jumlah mereka terlalu banyak dan di sisi lain kualitas sumber daya manusia tidak memadai untuk melaksanakan pembangunan, ini akan menjadi masalah karena populasi hanyalah objek pembangunan, bukan pelaksana. Tetapi faktanya masih banyak orang Indonesia yang hidup dalam kondisi yang sangat buruk. Kepadatan populasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terbatasnya lahan untuk tempat tinggal karena ini memaksa masyarakat untuk membentuk permukiman kumuh. Tentu saja kondisi ini mengakibatkan sulitnya penghuni untuk mendapatkan fasilitas hidup yang layak.

B. Upaya Menangani Masalah Sanitasi Lingkungan

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa masalah sanitasi lingkungan harus menjadi perhatian utama bagi segenap elemen masyarakat sebab hal tersebut mencakup kehidupan keseharian masyarakat. Beberapa masalah sanitasi lingkungan dan upaya mengatasinya dijelaskan berikut.

1. Pasokan Air

Koleksi Air Hujan Air hujan dapat dikumpulkan di bendungan (danau buatan) yang dibangun dari partisipasi penduduk setempat. Semua air hujan mengalir ke reservoir lebih awal melalui saluran air. Kemudian di sekitar danau terbentuk sumur pompa atau digali dengan baik untuk umum.

Air Sumur Agar air dari sumur gali terkontaminasi dengan kotoran di sekitarnya, kondisi berikut perlu dibuat:
  1. Harus ada bibir ke sumur sehingga jika masalah hujan terbaru tiba, air tanah tidak akan masuk.
  2. Di bagian atas, sekitar tiga meter berdasarkan permukaan tanah harus berdinding, sehingga air dari atas tidak dapat mencemari air sumur.
  3. Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur untuk mengurangi kekeruhan. Sebagai pengganti kerikil, sumur dapat dimasukkan ke dalam zat yang dapat membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat.
Perumahan generik dapat dikatakan sehat jika memenuhi kriteria berikut:

a. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis

Kriteria kedubutuhan fisiologi yang dimaksud yaitu pencahayaan, udara dan ruang relatif, menghindari berdasarkan kebisingan yang mengganggu.

b. Kebutuhan psikologis terpenuhi

Termasuk cakupan kriteria ini yaitu terkait privasi yang memadai, komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah memenuhi persyaratan untuk mencegah penularan penyakit antara penghuni rumah dll.


Pengelolaan Limbah Teknik pengelolaan limbah yang benar dan tepat harus memperhatikan faktor-faktor berikut:
  1. TPA
  2. Penyimpanan Sampah
  3. Pengumpulan, pemrosesan dan pemanfaatan
  4. Angkutan
  5. Pembuangan

2. Tempat Umum dan Pemrosesan Makanan

Agar kesehatan warga selalu dijaga, maka perlu memajukan gerakan hidup bersih dan higienis. Pola hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta mempraktikkan pola / perilaku hidup yang higienis dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat berdampak pada kualitas kesehatan. Untuk mencapai sanitasi lingkungan dan kesehatan lingkungan yang memadai, Bank Dunia juga akan berpartisipasi dalam implementasi, yaitu menggunakan berbagai jenis program. Program ini meliputi:
  1. Untuk mencapai target sanitasi setiap negara dan menghilangkan praktik buang air besar sembarangan yang memengaruhi 40% orang termiskin di negara-negara tersebut, maka setiap pemimpin dunia harus mengadvokasi alokasi investasi sanitasi yang dibutuhkan.
  2. Bekerja sama dengan sektor swasta lokal dan global untuk memperluas upaya memenuhi kebutuhan rumah tangga dan penduduk untuk produk dan layanan sanitasi, bertindak sesuai dengan buang air besar sembarangan di jamban sehat untuk pengelolaan limbah yang tepat.
  3. Bekerja sama dengan negara-negara di mana praktik buang air besar sembarangan masih terjadi untuk memastikan bahwa hibah Bank Dunia dan pengetahuan berbasis bukti yang dihasilkan mendukung penerapan layanan sanitasi yang tepat, misalnya melalui pemantauan dan penggunaan data yang efektif.